Selamat Datang Di Media Informasi dan Komunikasi Dari Team-08
Biasakan mencantumkan sumber yang anda kutip, baik sebagian maupun seluruh dari tulisan dan gambar disini. Indahnya berbagi.

PNPM Mandiri Perkotaan, Konsep “Persetubuhan” Rasa dan Logika

Tidak mudah mencari padanan yang dapat merepresentasikan konsep PNPM Mandiri Perkotaan, apalagi jika harus disandingkan di antara belukar pemikiran filosofis. Namun demikian, upaya untuk mencari akar pemikiran filosofis konsep pemberdayaan ini tentu akan menjadi runtut ketika kita bertolak dari pemikiran Rene Descartes (1596-1650), yang terkenal dengan ungkapan Cogito ergo sum. Sebaris kata ini mempunyai arti: aku berpikir maka aku ada. Kalimat inilah yang menjadi salah satu dalil peradaban yang melahirkan manusia modern. Ungkapan ini membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang itu sendiri. Dari situ lahirlah logika biner, yakni suatu pola pemikiran yang memisahkan antara tubuh dan jiwa. Logika berpikir semacam ini yang pelan namun pasti merasuki kita, dan pelan namun pasti pula telah mengubah polah dan tingkah laku, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas, bahkan sebagai budaya dari sebuah peradaban.

Pemberhalaan terhadap akal (logika) inilah yang melahirkan manusia modern di mana setiap eksistensi haruslah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah. Semua yang tidak rasional akan ditolak, begitu juga sebaliknya. Selain itu, dalam spiritualitas manusia modern sudah tidak memisahkan lagi antara hal-hal yang bersifat sakral dan hal-hal yang bersifat profan. Pandangan manusia modern yang reduktif inilah yang kemudian menciptakan suatu tatanan kehidupan yang pincang dan kering terhadap apa yang dinamakan nilai.

Pada sisi lain, manusia modern juga mempercayai kebenaran teori evolusi Charles Darwin (1809-1882). Salah satu pernyataan terpenting teori evolusi adalah "perjuangan untuk mempertahankan hidup" sebagai pendorong utama terjadinya perkembangan makhluk hidup di alam. Menurut Darwin, di alam terjadi perkelahian tanpa mengenal belas kasih demi mempertahankan hidup. Sebuah pertikaian abadi yang kuat selalu mengalahkan yang lemah. Judul tambahan buku “The Origin of Species” merangkum pandangan ini. “The Origin of Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life"—Asal-Usul Spesies melalui Seleksi Alam atau Pelestarian Ras-Ras Pilihan dalam Perjuangan untuk Mempertahankan Hidup.

Sebagai buah dari keyakinan kebenaran teori ini adalah arena kehidupan di mana individu berkompetisi satu sama lain dalam kondisi yang sangat sengit dan kasar. Ini adalah arena pertarungan sebagaimana yang dijelaskan Darwin, dimana yang kuat akan tetap hidup, sedangkan yang lemah dan tak berdaya akan terinjak, terkapar tak berdaya, termusnahkan, dan saat itu pula yang kuat akan berjaya. Sehingga tingkah laku individu, baik sebagai pribadi, sebuah perusahaan atau suatu bangsa harus berjuang atau berperang hanya untuk kemajuan dan kepentingannya sendiri.

Sampai pada titik ini kita bisa memahami mengapa peperangan besar harus terjadi yang tak lain hanyalah upaya menjaga eksistensi diri. Gejala semacam inilah yang dikenal dengan istilah Darwinisme Sosial, yaitu suatu ideologi dimana teori evolusi yang awalnya hanya mengkonsepsikan kekerabatan manusia dengan binatang secara fisik, tapi ternyata pada perkembangannya ranah sosial pun menjadi domain dari teori ini. Dan lagi-lagi, keyakinan akan kebenaran teori inilah yang mendasari kaum rasis, fasis dan kapitalis melakukan ekspolitasi kepada yang lain tanpa mengenal nurani.

Dalam pandangan penganut Darwinisme Sosial, yang juga memasukkan prinsip-prinsip Darwinisme pada kehidupan masyarakat, jika seseorang itu miskin, maka ini adalah kesalahannya, tak seorang pun berkewajiban menolong orang ini untuk bangkit dari kemiskinannya.

Jika seseorang itu kaya, bahkan jika ia telah mendapatkan kekayaannya melalui cara yang amoral sekalipun, maka hal ini adalah karena kecakapannya. Oleh karena itu, orang yang kaya akan tetap bertahan hidup, sedangkan yang miskin akan tersingkirkan dan terhapuskan. Ini adalah pandangan yang telah hampir mendominasi secara keseluruhan pada masyarakat zaman sekarang, dan merupakan gambaran singkat tentang moralitas Darwinis.

Tak kalah dengan Darwin, Spencer (1820-1903) sebagai filsuf yang mendukung dan mempertahankan moralitas ini, menyelesaikan karyanya berjudul Social Statistics pada tahun 1850, dan menolak semua sistem bantuan (untuk masyarakat) yang diusulkan oleh negara, antisipasi bagi perlindungan terhadap kesehatan, sekolah-sekolah negeri, dan penyediaan fasilitas umum lainnya. Sebab menurut teori Darwinisme Sosial, tatanan masyarakat terbentuk dari prinsip bahwa yang kuat akan tetap bertahan hidup.

Menurut dia, pemberian bantuan dan pemberdayaan bagi masyarakat lemah dan menjadikan mereka tetap bertahan hidup adalah pelanggaran terhadap prinsip ini. Yang kaya tetap kaya dikarenakan mereka lebih mampu bertahan hidup. Sebagian bangsa menjajah bangsa lain, sebab bangsa-bangsa penjajah ini lebih cerdas dan unggul.

Bangkrutnya Manusia Modern

Manusia modern dengan berlandaskan asumsi kebenaran di mana rasionalitas telah membawa kemajuan serta dapat membebaskan manusia dari ketertinggalan, keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohan. Namun, selain mengakibatkan persoalan-persoalan yang rumit dan kompleks, modernitas hanyalah bentuk lain dari irasionalitas, dekadensi dan demoralisasi manusia. Penggunaan rasio yang melahirkan kemajuan sains dan teknologi merupakan bibit dari dominasi dan ekspansi wilayah (kolonisasi dan imperealisasi) dimana slogan veni, vidi, vici menjadi bagian dari epos sejarah penjajahan sekaligus nyanyian kematian bagi bangsa terjajah. Eropa sebagai embrio munculnya era modern di mana renaissance ditengarai sebagai titik perkembangan perkembangan modernisme. Peter L. Berger mengisyaratkan bahwa modernisme yang dicirikan oleh kemajuan iptek tidak lebih dari ideologi yang menutup-nutupi kenyataan imperialisme, eksploitasi, dan ketergantungan.

Malahan filsuf besar Jerman Friedrich Nietzsche (1844-1900) mengatakan bahwa dunia modern adalah dunia yang pincang, dan manusia yang hidup di dalamnya adalah orang-orang nihilis yang telah membunuh Tuhan. Bukan kematian Tuhan dalam maknanya secara harfiah, namun kematian Tuhan adalah simbol bagi matinya moralitas manusia modern. Tuhan atau kesadaran kosmos tidak lagi mengambil tempat dalam kehidupan manusia sehingga mereka kehilangan seluruh landasan moralnya.

Dampak lain dari perkembangan modernisasi yaitu alienasi atau keterasingan manusia modern dengan dirinya sendiri. Hal ini adalah produk yang dihasilkan oleh keyakinan kebenaran konsepsi logika biner. Manusia terpisah tidak hanya dari alam, tapi juga dari dirinya sendiri dan sesama. Terpisah dari dirinya karena adanya keterpisahan antara jiwa dan tubuh yang telah dirintis oleh Descartes. Selain itu manusia modern juga telah dididik tanpa pemaknaan dan kebijaksanaan. Hanya pemujaan kepada nalar lah yang menjadi satu-satunya pijakan hidup sehingga mengabaikan fakultas lain dari diri manusia. Akhirnya manusia tidak dapat mengenal dirinya tanpa suatu hal eksternal yang mendefinisikan identitasnya.

Konsep PNPM Mandiri Perkotaan Sebagai Antitesa Peradaban Modern

Peradaban modern yang dielu-elukan sebagai peradaban yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan manusia pasca peradaban abad pertengahan, namun ternyata apa yang terjadi? Modernisme hanya melahirkan manusia-manusia yang serakah yang tidak mempunyai kepedulian, manusia yang sudah terjangkiti oleh patologi sosial sebagai produk dari teori Darwinisme Sosial. Dalam hal ini sudah tampak begitu nyata dengan kerusakan lingkungan lingkungan, pembalakan hutan, pencemaran udara serta berbagai kasus kemiskinan. Modernisme juga telah menciptakan kesenjangan yang begitu menganga, sehingga bumi terbelah menjadi dua bagian dimana bagian utara kaya raya, sementara di selatan sana kelaparan dan kemiskinan meraja.

Laporan badan keuangan dunia, Meryl Lynch memberitahukan kepada kita bahwa 85% kekayaan dunia hanya dimiliki oleh 10% orang saja, dan 45% uang jerih keringat rakyat dunia disedot 1% di antaranya. Artinya 90% rakyat dunia yang berjumlah 5,5 miliar ini harus berebut $ 300miliar dari $ 2.000 miliar lebih yang mereka hasilkan selama setahun. Jadi, setiap manusia di muka bumi hanya memperoleh $ 60 setahun, sedangkan segelintir kapitalis itu masing-masing mendapat $ 4 juta atau 65.000 kali lipat alias 6,5juta persen lebih.

Dengan bangkrutnya filsafat modern, maka pada perkembangan selanjutnya, istilah postmodernisme dilembagakan dalam konstelasi filsafat oleh Francois Lyotard dalam bukunya “The Postmodern Condition: A Report on Knowledge” tahun 1984. Lyotard menjelaskan bahwa akibat pengaruh teknologi informasi, maka prinsip kesatuan ontologis yang selama ini mendasari ide dasar filsafat modern sudah tidak lagi relevan dengan realitas kontemporer.

Postmodernisme telah memberikan ruang kepada manusia untuk kembali kepada kearifan lokal. Kearifan inilah yang menjadi sumber pengetahuan yang dinamis, berkembang dan diteruskan oleh populasi tertentu yang terintegrasi dengan pemahaman mereka terhadap alam dan budaya sekitarnya. Kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakan pada level lokal di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan masyarakat.

Dalam kearifan lokal, terkandung pula kearifan budaya lokal. Kearifan budaya lokal sendiri adalah pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama.

Kehadiran PNPM Mandiri Perkotaan meskipun hanya ilalang di antara belukar konsep yang mengupayakan dan menjawab tantangan zaman yang semakin angkuh kepada yang tertindas dan terakrabi persoalan kemiskinan. Namun, PNPM Mandiri Perkotaan sebagai program penanggulangan kemiskinan memahami, persoalan kemiskinan juga tidak lepas adanya pola di masyarakat yang tengah mengalami gejala-gejala seperti yang dicirikan oleh manusia modern.

Konsep PNPM Mandiri Perkotaan sebagai antitesa peradaban modern terejawantah pada konsep seperti kepedulian, kerelawanan yang ditabukan oleh manusia modern. Konsep PNPM Mandiri mempunyai keyakinan yang kuat terhadap persoalan yang satu ini, bahkan klaimnya adalah jangan harap upaya penanggulangan kemiskinan akan bisa terwujud manakala kepedulian tidak segera terbangun dalam tatanan kehidupan di masyarakat.

Ciri lain konsep PNPM Mandiri Perkotaan sebagai antitesa tatanan masyarakat modern adalah diakuinya kearifan lokal (local wisdom) sebagai modal sosial dalam melakukan upaya penanggulangan kemiskinan.

Kesimpulan

Pada dasarnya Tuhan menyediakan alam dapat memenuhi kebutuhan manusia, namun manusia modern memaksa alam untuk memenuhi keinginannya. Bangkrutnya tatanan manusia modern dengan segala landasan filosofinya juga memunculkan ambiguitas akal atau nalar modern dalam memahami fenomena. Demikian bingungnya sehingga gagal dalam melihat dan memahami hakikat.

Bangkrutnya modernisme disebabkan oleh keberadan manusia modern itu sendiri yang mengalami defisit sosial. Manusia modern hanya mampu melahirkan species manusia yang pandai berlogika namun kebal sekaligus bebal untuk merasa. Sementara, setiap kejadian demi kejadian di seluruh tataran eksistensi adalah berkelindan seperti jejaring laba-laba. Satu getaran peristiwa di satu ujung jejaring akan dirasakan dan mempengaruhi seluruh lintasan jejaring hingga ke delapan ujung jejaring itu seperti “butterfly effect” di mana kepak sayap kupu-kupu di ujung timur dunia bisa menimbulkan badai di ujung barat dunia. Kemiskinanpun terjadi manakala di sisi lain kehidupan ada yang berkelimpahan.

Namun, pemahaman yang seperti itu tidak mempunyai makna apa-apa manakala dalam nurani tidak segera terbangun kesadaran kritis untuk melakukan tindakan nyata. Dalam konteks ini, fakultas rasa yang mempunyai andil tercapai kesadaran itu. Sehingga secara konseptual, PNPM Mandiri Perkotaan adalah konsep yang menyatukan antara rasa dan logika dalam “persetubuhan sosial”. Rasa itu, sekarang telah kembali menjadi bagian dari kita sebagai manusia seutuhnya. (OC-6 Provinsi Jawa Timur PNPM Mandiri Perkotaan)

Oleh:
Mohammad Azis
Askot Mandiri Kabupaten Trenggalek
OC-6 Provinsi Jawa Timur
PNPM Mandiri Perkotaan


Tulisan ini juga dapat anda akses di SINI

Lihat Tulisan Yang Lain



Share |

0 komentar:

Posting Komentar

BannerAdBannerAdBannerAd
Jika ingin mengutip sebagian atau seluruh dari tulisan di sini, maka silahkan. Tetapi jangan lupa tulis dan sebutkan sumbernya. Indahnya berbagi.
 
PNPM Perkotaan Trenggalek © 2010 | Designed by Trucks, in collaboration with MW3, Broadway Tickets, and Distubed Tour
back to top